EMPOWERING EDUCATORS : NAVIGATING S JOYFUL JOURNEY IN TEACHING
KUNCI PENTING Pembelajaran yang menyenangkan :
LOOK = sebelum pembelajaran, menggali perspektif peserta didik (kebutuhan, kondisi dirinya selama BDR).
LISTEN = Membangun komunikasi supportif dengan 5 cara.
LINK = Membangun koneksi dengan beberapa pihak terkait seperti dokter, konselor, guru Bk atau psikolog sebagai tindak lanjut penyelesaian masalah
Membangun Komunikasi Supportif 5 Cara
Kita tidak mungkin mengendalikan layangan putus. Demikian juga dengan peserta didik, jangan harap bisa mengarahkan jika kita tidak membangun hubungan terlebih dahulu. Kita sebagai orang dewasa sering merasa lebih tahu dan selalu ingin memberi tahu. Berikut kesalahan umum yang sering kita lakukan : memerintah/melarang, bereaksi dan mengoreksi, berceramah.
Yang perlu diketahui disini adalah , kondisi pandemi membuat segalanya menjadi kurang nyaman buat peserta didik, gaya hidup mereka mengalami perubahan dari mulai bangun tidur, jadwal belajar, gaya belajar dan waktu istirahat. Ada anak yang tangguh namun banyak juga anak anak yang rapuh secara mental sehingga harus dibantu, salah satu cara membantunya adalah dengan komunikasi.
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak kepihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan ataupun tanda peraga.
Makna komunikasi menjadi lebih luas dan dalam ketika ada keinginan dari dalam diri manusia yang mendorong komunikasi mereka untuk menjadi lebih berdampak bagi kehidupan baik sang pemberi pesan ataupun penerima pesan, yakni komunikasi yang memberdayakan potensi setiap pihak sehingga dapat menghasilkan perubahan arti kehidupan. Komunikasi yang sedemikian dapat membentuk relasi, menciptakan kenyamanan, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan.
Membangun komunikasi supportif dengan prinsip “koneksi sebelum koreksi”, saya adaptasi dari buku irfan amalle disiplin positif. Ada 5 cara yaitu:
1. Membangun koneksi dengan sapaan dan gestur.
2. Membangun koneksi dengan validasi emosi dan memberi kepercayaan.
Menebak dan mengungkapkan apa yang sedang dirasakan anak : “sepertinya kamu kecewa sekali apakah kamu marah?"
Tunjukan empati dan siap membantu : “ibu peduli sekali dengan apa yang terjadi padamu, ibu siap mendengar jika kamu siap cerita.”
Anak remaja membutuhkan kepercayaan dari orang dewasa untuk mencoba banyak hal tanpa dihantui perasaan takut salah dan gagal. Beri kepercayaan, meski siswa akan mengalami kesulitan menangani masalahnya sendiri. Tapi, percayalah mereka akan belajar dari kesulitan itu. Orang dewasa hanya perlu memberikan bimbingan agar kepercayaan yang telah diberikan itu dimanfaatkan dengan baik oleh siswa.
3. Membangun koneksi dengan memberikan perhatian
Pastikan kita menunjukkan perhatian tersebut sesuai dengan penerimannya. Kesalahan ekspresi perhatian dapat menyebabkan peserta didik atau anak merasa tidak diperhatikan.
Lima Bahasa Cinta untuk menunjukan empati (perhatian dan kepedulian)
(1) tipe yang merasa dihargai jika diberikan perhatian dalam bentuk kata-kata.
(2) tipe yang merasa diperhatikan jika kita bersedia menemani dan memberikan waktu bersama mereka.
(3). Tipe yang merasa diperhatikan jika kita memberikan cendera mata besar-kecil, murah-mahal tak masalah.
(4) tipe yang merasa diperhatikan jika ada kontak fisik, seperti jabat tangan, disapa ( perhatian: perlu memperhatikan norma, budaya dan aturan bermasyarakat).
(5) tipe yang merasa diperhatikan jika kita melayani, membantu dna bekerja sama dengan mereka.
4. Membangun komunikasi yang baik dengan Mendengar Aktif
Sebelum memulai tanyakan kembali kepada siswa, apakah mereka lebih senang didengarkan atau mendengarkan?
Tanyakan pula, apa perbedaan mendengar dan mendengarkan (mendengar aktif)?
Dengan menggunakan flipchart dan metaplan berwarna warni, fasilitator menyiapkan rumus DENGAR JANG:
D : Dedikasikan waktu dan diri kita untuk mendengar.
E : Ekspresi ditunjukan. Tunjukan bahwa kita berempati dengan apa yang diceritakan oleh lawan bicara. Ekspresi wajahpun menunjukkan antusiasme. Jangan pasang wajah datar apalagi bete.
N : Netralkan posisi. Meskipun kita tidak setuju dengan isi pembicaraan. Tetap dengarkan jangan mendebat atau sinis.
G : Gangguan dihilangkan. Misal ponsel dimatikan, eraphone dilepas, serta radio atau tivi dimatikan.
A : Amati isi pembicaraan dengan seksama, amati gestur dan ekspresi pembicara untuk menangkap pesan secara utuh.
R : Berikan respon seperti anggukan, senyum atau pujian. Ajukan juga pertanyaan yang bermaksud menggali lebih jelas.
JANG : Jangan potong pembicaraan sampai pembicara selesai berbicara.
Selain rumus Dengar Jang yang kita praktekan, ada pelengkap yang lain yaitu mendengar bukan hanya dengan telinga. Telinga memang berfungsi untuk mendengar. Namun, untuk menjalankan aktivitas mendengar aktif, seluruh bagian tubuh harus ikut fokus dan turut bekerja sama untuk memastikan aktivitas bisa terwujud.
Mata, memperhatikan dan menatap pembicara.
Telinga, fokus mendengarkan. Mulut diam, terkunci jangan memotong pembicaraan. Tangan, tidak memegang sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian.
Posisi kaki santai tidak banyak bergerak. Badan menghadap pembicara jangan membelakangi. Otak fokus menyerap pembicaraan tidak melamun. Hati memberi perhatian dan empati.
5. Mengoreksi dengan mengungkapkan bukan menyalahkan
I Message
Saya (perasaan)... Tentang (masalahnya apa)...
Saya ingin....(apa keinginan kita).
Posting Komentar untuk "EMPOWERING EDUCATORS : NAVIGATING S JOYFUL JOURNEY IN TEACHING "